Monday 23 December 2013

Natalnya Orang Kristen dan Sikap Umat Islam

Di dalam negara yang majemuk seperti Indonesia, seringkali umat muslim dihadapkan kepada permasalahan sosial yang berbenturan dengan akidahnya sebagai pengikut Nabi Muhammad. Salah satunya adalah tradisi Natal yang diperingati oleh orang Kristen yang menurut mereka adalah kelahiran Yesus.


Natal dan Serba-serbinya

Natal berasal dari kosakata Latin yang berarti lahir. Dalam hal ini, merujuk kepada kelahiran Nabi Isa atau Yesus menurut orang Kristen. Dalam tradisi mereka, digambarkan Yesus lahir pada musim dingin, tanggal 25 Desember di sebuah daerah bernama Betlehem dalam kota Yerusalem. Dalam Bibel sendiri, tidak dijelaskan secara detail kapan Yesus lahir. Namun dari literatur, beberapa ayat di Bibel yang menceritakan kelahiran ini antara lain kitab Lukas (2): 1-8 dan kitab Matius (2): 1 dan 10-11.



Lukas (2): 1-8 berbunyi: "Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh untuk mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri masing-masing di kotanya. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud, supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang sedang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam."

Sedangkan kitab Matius (2): 1 dan 10-11 berbunyi, "Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus datangalah orang-orang Majus dari Timur ke Yerussalem. Ketika mereka melihat bintang itu sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama maria, ibunya."

Uniknya, Yesus sendiri tidak mengajarkan untuk merayakan hari lahirnya. Tradisi Natal sendiri dicatat oleh sejarah dimulai pada abad keempat -yang artinya jauh setelah Yesus diyakini wafat pada antara tahun 30-33 M- oleh Gereja Katolik Roma.

Fakta tersebut diperkuat oleh Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul: Christmas, yang berbunyi sebagai berikut: “Christmas was not among the earliest festivals of Church... the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to Christmas”. Artinya : “Natal bukanlah upacara Gereja yang pertama... melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus”.

Masih dalam buku yang sama, dengan judul Natal Day, dituliskan: "In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world”. Artinya : “Di dalam kitab suci, tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta-pora merayakan hari kelahirannya di dunia ini”

Beberapa artikel terbitan Eropa dan Amerika juga menuliskan hal-hal lain yang serupa, semisal Encyclopedia Britanica yang terbit tahun 1946 dan Encyclopedia Americana edisi tahun 1944.


Al Quran mengisahkan Natal

Sebagai salah satu nabi Alloh, terlebih sebagai salah satu dari Rosul Ulul Azmi, kisah hidup Yesus juga dikisahkan dalam Al Quran. Beberapa ayat yang mengisahkan kelahiran Yesus adalah QS. Maryam (19): 22-26.



Berikut ini arti dari ayat tersebut:

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” [22] ”Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". [23] “Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” [24] “dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,” [25] “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". [26]

Dalam kelima ayat tersebut, diterangkan bahwa Yesus lahir pada suasana yang terang, sedang tidak musim dingin, dimana kurma sedang berbuah masak. Dari suasana yang dikisahkan Al Quran tersebut, dapat kita simpulkan bahwa apa yang diceritakan masyarakat Kristen selama ini, bahwa Yesus lahir di musim dingin, sesungguhnya salah. Bahkan sebetulnya Bibel sendiri membantah apa yang mereka yakini. Kita simak lagi Lukas (2): 1-8: “... di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang sedang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”. Mungkinkah ada gembala yang tinggal di padang dan menjaga ternak pada musim dingin?

Lantas, bagaimana Al Quran kita menyikapi Natal? Pertama, perlu dipahami bahwa Natal adalah tradisi orang kafir, yang tidak mengakui Alloh sebagai Tuhan. Kedua, Alloh menegaskan batasan sikap kita terhadap mereka terkait dengan akidah. Mari kita simak surat Al Kafirun.




“Katakanlah, ’Hai orang-orang kafir!’ Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah. Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”

Bila kita mendaras kembali makna surat Al Kafirun, tersurat bahwa Alloh memerintahkan kita dengan tegas mengatakan kafir terhadap orang yang sembahannya berbeda dengan sembahan kita. Sekaligus memerintahkan kita untuk memisahkan urusan agamanya dan agama kita.

Namun, apakah pemisahan urusan itu juga berlaku untuk hal lainnya? Ternyata tidak. Dalam surat An Nisaa ayat 86, Alloh berfirman: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Alloh memperhitungankan segala sesuatu”.

Lantas bagaimana dengan mengucapkan Selamat Natal?


Sikap Rasululloh dan Sahabat

Pada masa-masa kejayaan Islam, pemerintahan Islam sejak masa Rasulullah, kaum muslim tidak diperbolehkan merayakan hari raya ahlul Kitab dan kaum musyrik. Dalam sebuah riwayat diceritakan: Dari Anas ra bahwa ketika Rasulullah saw datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari raya yang mereka rayakan, beliau pun bersabda: “Sungguh Alloh swt telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang yang lebih baik daripada keduanya, yaitu Idul Adha dan idul Adha” (HR. Abu Dawud dan al-Nasa’i dengan sanad yang shahih).

Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin al-Khaththab, beliau juga telah melarang kaum muslim merayakan hari raya orang-orang kafir. Imam Baihaqiy telah menuturkan sebuah riwayat dengan sanad shahih dari ‘Atha’ bin Dinar, bahwa Umar ra pernah berkata, “Janganlah kalian mempelajari bahasa-bahasa orang-orang Ajam. Janganlah kalian memasuki kaum Musyrik di gereja-gereja pada hari raya mereka. Sesungguhnya murka Alloh swt akan turun kepada mereka pada hari itu” (HR. Baihaqiy).

Umar bin al-Khaththtab ra juga mengatakan: “Jauhilah musuh-musuh Alloh pada di hari raya mereka”.


Pandangan Ulama tentang “Selamat Natal”

Ada dua pandangan ulama mengenai hal ini. Pertama adalah jumhur Ulama yang mengharamkan. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Alloh tidak meridhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Kaum Muslim telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang-orang Yahudi dan Nasrani. “ (Ibnu Tamiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal.201).

Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum muslim diharamkan memasuki gereja, apalagi merayakan hari raya mereka.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal.201).

Imam al-Amidi dan Qadli Abu Bakar al-Khalal menyatakan,”Kaum Mmuslim dilarang keluar untuk menyaksikan hari raya orang-orang kafir dan musyrik.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal.201).


Al-Qadhi Abu Ya’la al-Fara’ berkata, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang kafir atau musyrik”. (Ibnu Tamiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal. 201)

Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatu kepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk merayakan hari rayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal. 201).

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Sebagaimana mereka (kaum Musyrik) tidak diperbolehkan menampakkan syiar-syiar mereka, maka tidak diperbolehkan pula bagi kaum Muslim menyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu serta hadir bersama mereka. Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ahkam Ahl al-Dzimmah, juz 1. hal. 235).

Abu al-Qasim al-Thabari mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim menghadiri hari raya mereka karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan (zawr). Apabila ahli ma’ruf bercampur dengan ahli munkar, tanpa mengingkari mereka, maka ahli ma’ruf itu sebagaimana halnya orang yang meridhai dan terpengaruh dengan kemunkaran itu. Maka kita takut akan turunnya murka Alloh atas jama’ah mereka, yang meliputi secara umum. Kita berlindung kepada Alloh dari murka-Nya. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ahkam Ahl al-Dzimmah, juz 1. hal. 235).

Abdul Malik bin Habib, salah seorang ulama Malikiyyah menyatakan, “Mereka tidak dibantu sedikit pun pada perayaan hari mereka. Sebab, tindakan merupakan penghormatan terhadap kemusyrikan mreka dan membantu kekufuran mereka. Dan seharusnya para penguasa melarang kaum Muslim melakukan perbuatan tersebut. Ini adalah pendapat Imam Malik dan lainnya. Dan aku tidak mengetahui perselisihan tentang hal itu” (Ibnu Taimiyyah, Majmu’ al-Fatawa, juz 6 hal 110).

Kedua, pandangan ulama kontemporer yang membolehkan dengan pertimbangan. Pandangan ini diwakili oleh Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa:

“Perubahan kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Alloh swt namun dicintai-Nya sebagaimana Dia swt mencintai berbuat adil. Firman Alloh SWT dalam QS. Al-Mumtahanah: 8 yang artinya: “Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang Berlaku adil.”

Lembaga Riset dan Fatwa Eropa juga membolehkan pengucapan selamat ini jika mereka bukan termasuk orang-orang yang memerangi kaum muslimin khususnya dalam keadaan dimana kaum muslimin minoritas seperti di Barat. Setelah memaparkan berbagai dalil, Lembaga ini memberikan kesimpulan sebagai berikut: Tidak dilarang bagi seorang muslim atau Markaz Islam memberikan selamat atas perayaan ini, baik dengan lisan maupun pengiriman kartu ucapan yang tidak menampilkan simbol mereka atau berbagai ungkapan keagamaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti salib.

Kalimat-kalimat yang digunakan dalam pemberian selamat ini pun harus yang tidak mengandung pengukuhan atas agama mereka atau ridho dengannya. Adapun kalimat yang digunakan adalah kalimat pertemanan yang sudah dikenal dimasyarakat.

Tidak dilarang untuk menerima berbagai hadiah dari mereka karena sesungguhnya Nabi saw telah menerima berbagai hadiah dari non muslim seperti al Muqouqis Pemimpin al Qibthi di Mesir dan juga yang lainnya dengan persyaratan bahwa hadiah itu bukanlah yang diharamkan oleh kaum muslimin seperti khomer, daging babi dan lainnya.

Diantara para ulama yang membolehkan adalah DR. Abdus Sattar Fathullah Sa’id, ustadz bidang tafsir dan ilmu-ilmu Al Qur’an di Universitas Al Azhar, DR. Muhammad Sayyid Dasuki, ustadz Syari’ah di Universitas Qatar, Ustadz Musthafa az Zarqo serta Syeikh Muhammad Rasyd Ridho.


Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Majelis Ulama Indonesia sendiri telah memfatwakan hal ini sudah sejak tahun 1981, yang mana termaktub dalam fatwa tentang perayaan Natal Bersama yang dikeluarkan pada 7 Maret 1981. Berikut ini kutipan fatwanya:

MENELITI kembali:
Ajaran-ajaran agama Islam, antara lain:
A. Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas: Al Hujarat: 13; Lukman:15; Mumtahanah: 8 *).

B. Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan aqidah dan peribadatan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain, berdasarkan Al Kafirun: 1-6; Al Baqarah: 42.*)
C. Bahwa ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi yang lain, berdasarkan: Maryam: 30-32; Al Maidah:75; Al Baqarah: 285.*)

D. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih daripada satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan: Al Maidah:72-73; At Taubah:30.*)
E. Bahwa Alloh pada hari kiamat nanti akan menanyakan kepada Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab Tidak. Hal itu berdasarkan atas Al Maidah: 116-118.*)
F. Islam mengajarkan bahwa Alloh Swt itu hanya satu, berdasarkan atas: Al Ikhlas 1-4.*)
G. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Alloh Swt serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas: hadits Nabi dari Numan bin Basyir (yang artinya): Sesungguhnya apa-apa yang halal itu telah jelas dan apa-apa yang haran itu pun telah jelas, akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (seperti halal, seperti haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah Agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, misalnya semacam orang yang menggembalakan binatang di sekitar daerah larangan maka mungkin sekali binatang itu makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Alloh ialah apa-apa yang diharamkanNya (oleh karena itu yang haram jangan didekati).

Majelis Ulama Indonesia MEMFATWAKAN:

1. Perayaan natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa As, akan tetapi natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.

2. Mengikuti upacara natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
3. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Alloh Swt dianjurkan untuk (dalam garis miring): tidak mengikuti kegiatan-kegiatan natal.

Dari fatwa tersebut, dapat kita cermati bahwa MUI sudah mempertimbangkan banyak aspek, termasuk kondisi masyarakat Indonesia yang kompleks sebelum memberi fatwa.


Sikap Kita sebagai Muslim di Indonesia

Sebagai individu di tengah lingkungan majemuk, terlebih sebagai mayoritas, tentu sikap kita akan menjadi penting di dalam keberagaman. Kita akan selalu menjadi tolok ukur kerukunan umat beragama di Indonesia terwujud. Bagaimana kita menghargai mereka, menghormati mereka, dan merespon perbedaan tata cara beribadatan, akan menjadi catatan sejarah yang akan terus diingat. Nah, bagaimana seyogianya kita sebagai muslim, di negeri mayoritas muslim terbesar, bersikap?

Secara pribadi, saya lebih cenderung sejalan dengan fatwa MUI, wadah komunikasi pemuka agama Islam di Negara kita, dengan bersikap untuk membiarkan mereka beribadah tanpa perlu kita memberi selamat atau perhatian berlebih, sepanjang mereka juga tidak meminta perhatian berlebih. Saya berpikir bahwa sikap ini adalah cerminan individu beragama Islam yang berusaha mendapatkan salah satu hak azasi manusianya: menjalankan keyakinan beribadahnya dengan benar dan dijamin oleh undang-undang dasar. Saya juga menganggap, sikap saya ini secara tak langsung juga sebagai salah satu upaya mewujudkan kerukunan beragama dan juga perwujudan ‘lakum dinukum waliyadin’. Silakan jalankan agamamu, tapi juga tolong hormati keyakinan saya yang tidak memperbolehkan memberi selamat.

Memang, terkadang banyak orang yang menganggap, ucapan selamat adalah hal yang sepele. Apalagi bila orang Kristen juga memberi selamat kepada kita, kaum muslim. Apakah kita tidak bisa memberi ucapan selamat kepada mereka juga? Dimana rasa balas budi kita kepada mereka? Tentu saja pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan terus memberikan gejolak batin. Namun, ini adalah tantangan bagi kita, apakah kita bisa memberikan pemahaman kepada mereka dengan baik dan tidak disalahpahami.

Saya sendiri berpendapat, bahwa memang selayaknya kita mempunyai etika balas budi. Kebaikan harus selalu dibalas dengan kebaikan. Salam haruslah dibalas dengan salam. Perhatian haruslah dibalas dengan perhatian. Begitulah Islam mengajarkan muamalah. Akan tetapi, bila sudah menyentuh soal akidah, kita harus mempunyai prinsip, yakni Tauhid. Laa ilaaha illallah. Kita harus mau dan mampu mengatakan kepada mereka bahwa kita tidak bisa membalas Selamat Idul Fitri mereka dengan Selamat Natal melalui berbagai argumen bisa kita berikan. Kita juga harus berani dan bisa mengatakan bahwa sejatinya kita sudah memberikan perhatian kepada mereka dengan membiarkan mereka beribadah dengan lancar, damai, dan tenteram - karena begitulah Islam harusnya memberi perhatian – dan tidak bisa memberikan lebih dari itu.



Bila kemudian mereka menganggap kita tidak bisa memahami keberagaman agama dan tidak bertoleransi, mari kita ingatkan mereka bahwa toleransi adalah sikap dan pemahaman dari kedua pihak, bukan satu pihak saja. Mari ajak mereka untuk memahami bagaimana Islam mengajarkan pemeluknya untuk bersikap terhadap orang-orang selain Islam. Hanya dengan pemahaman dari kedua –dan banyak- pihak, suasana keberagaman agama yang harmonis dapat terwujud. Wallohua'lam.

Dari berbagai sumber




Camera


Camera, came from Arabian word 'Qamara' means a dark or private room, refers to the invention of Ibn Haytham at 1000s AD. He found the first pin-hole camera after noticing the way light came through a hole in windows shutter.
#LostIslamicHistory

Wednesday 18 December 2013

Drogheda United F. C.


In 1847, there were Great Irish Famine resulted in 1,000,000 death. Later, Ottoman Sultan Abdul Majid declared to donate 10,000 sterling, but Queen Victoria of England requested the Sultan send only 1,000 sterling, because the queen had sent only 2,000 sterling. The Sultan agreed to sent the 1,000 sterling, but also secretly sent three ships full of food arrived at Drogheda harbor. Due this generosity, the Irish, especially those in Drogheda, are friendly to the Turks. This led to the appearance symbol on Drogheda United Football club's crest. #LostIslamicHistory

Tuesday 10 December 2013

Lost Islamic History

Aku menyukai sejarah. Aku menyukai kebenaran. Karena dari sejarah yang benar, kita bisa menentukan arah tujuan hidup kita. #tsaaaah

Sudah lama sebetulnya, kecintaan ini ada. Namun belakangan, cinta itu semakin membara. #halah
Khususon kepada sejarah Islam. Penyebabnya, mas @abiprahasto yang suka nulis tentang sejarah Islam. Semoga berkah selalu ada buat mas Abi. Mungkin beberapa tulisan setelah ini adalah hasil dari ilmu yang dibagi mas Abi. Mas Abi, kalo baca ini, saya mohon izin posting ya..

Monggo ikuti di label Lost Islamic History.

Wednesday 23 October 2013

Cinta di Pinggir Jalan

Momen penuh cinta pagi ini:
Ketika ada seorang lelaki berjaket krem dengan motor Vario mengantarkan kekasihnya yang memakai rompi hitam bergambar kura-kura ke depan FKUI Salemba dan menurunkan di sana, kemudian si kekasih mencium khidmat punggung tangannya dan dibalas sang lelaki dengan mendaratkan tiga kecupan di ubun-ubunnya yang terbalut hijab, dan lantas sang lelaki melanjutkan perjalanan diiringi tatapan dan doa dari si kekasih. Semoga Alloh selalu menaungi mereka dengan cinta dan berkah.

NB: Belakangan, kutahu rompi hitam bergambar kura-kura itu adalah milik anggota klub motor yang - rasanya layak masuk program konservasi karena - hampir punah (hehe...). Mungkin itu milik sang lelaki. Mungkin...

Monday 16 September 2013

Kertas Dinding: Basmallah

Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang...

rasio 16:9

yang mau make di komputernya, monggo..

Friday 13 September 2013

Kertas Dinding: Mawar Merah

Menyimak Arrahman 37-38, sungguh demikian megahnya buatan Alloh.
Termaktub dalam kitab yang luhur, firman agung-Nya nyata tak luntur.

gambar asli dari http://svendfreytag-astroimaging.com/Nebulae.htm

Masya Alloh...

Thursday 12 September 2013

Hari Gini Anti-muslim?

Mari simak video ini...

Wednesday 11 September 2013

Kertas Dinding: Syahadat

Udah lama nggak ngisi nulis.
Gimana kalo nulis lagi?
Atau kalo bosen nulis, gimana kalo nggambar?
Oke, nggambar.

Iseng-iseng, adalah alat pernapasan ikan. Oh, bukan. Itu insang.

Tentang syahadat. Mungkin ada yang suka, mungkin juga ada yang enggak.
Satu hal yang pasti, sebagai muslim, ini adalah kalimat pertama yang mesti diucap.
Silakan...


Cocok untuk layar dengan rasio 16:9

Friday 2 August 2013

Renungan #25

Sudah menjelang akhir Ramadan. Bagaimana salat kita? Zakat kita? Tilawah kita?

Thursday 1 August 2013

Renungan #24

Banyak peluang kebaikan di bulan Ramadan. Masihkah kita memandang sebelah mata? Atau malah menutup mata?

Wednesday 31 July 2013

Renungan #23

Apa tujuan hidup kita?

Tuesday 30 July 2013

Renungan #22

Apa beda zakat, infaq, dan sedekah? Pada prinsipnya, semua pemberian yang baik adalah sedekah. Sedekah ini bisa berwujud benda, juga tidak berwujud. Senyum, doa, motivasi, adalah sedekah. Sedangkan infaq adalah sedekah yang berwujud benda untuk kepentingan agama. Dan zakat? Itulah infaq yang diwajibkan karena syar'i. Wallohua'lam. Bagaimana zakat infaq sedekah kita hari ini?

Monday 29 July 2013

Renungan #21

Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Maka sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.

Friday 26 July 2013

Renungan #18

Apa pantas bila kita mendapat musibah, kemudian bilang "Allah sedang mengujiku!" sedangkan kita tak pernah masuk ke dalam "kelas-Nya", membaca "buku-Nya", mengikuti "pelajaran-Nya"?

Thursday 25 July 2013

Renungan #17

Apa yang kita lakukan bila Alloh menyuruh kita menyantuni anak yatim?

Wednesday 24 July 2013

Renungan #16

Rasul menyuruh kita menyantuni anak yatim.

Tuesday 23 July 2013

Renungan #15

Alloh menguji kita dengan musibah juga anugerah. Masihkah kita bersyukur?

Monday 22 July 2013

Renungan #14

Sudahkah kita menyebut nama Alloh setiap kita bangun dan setiap kita akan tidur?

Friday 19 July 2013

Renungan #11

Sering kita diberi hadiah, lantas berterima kasih. Begitukah kita kepada Alloh; yang sudah memberi nikmat yang begitu banyak tak terhitung?

Thursday 18 July 2013

Renungan #10

Sedemikian kita mencintai dunia. Sedemikankah juga kita mencintai akhirat? Karena kepada-Nya lah kita semua akan kembali dan akhirat adalah tempat yang kekal.

Wednesday 17 July 2013

Renungan #9

Selalu kita berusaha mematuhi aturan pemerintah atau kantor; semisal tidak datang terlambat, memakai helm, membayar pajak.
Demikiankah kita terhadap aturan Alloh; semisal mendirikan solat tepat waktu, memakai penutup aurat, membayar zakat?

Tuesday 16 July 2013

Renungan #8

Bagaimana bila ini adalah Ramadan terakhir kita?

Monday 15 July 2013

Renungan #7

Hampir setiap hari kita menyiapkan semua kebutuhan untuk hidup kita. Apakah kita juga menyiapkan semua kebutuhan untuk mati kita?

Friday 12 July 2013

Renungan #4

Beratus-ribu-juta rupiah kita hamburkan untuk mengenyangkan perut kita sendiri. Berapa rupiah yang sudah kita gunakan untuk mengenyangkan kaum yatim, fakir, dan miskin?

Thursday 11 July 2013

Renungan #3

Berkali-kali kita tamatkan novel, hafalkan lagu, tandaskan film. Berapa kali kita khatamkan Al Quran?

Wednesday 10 July 2013

Renungan #2

Berkali-kali kita bersua Ramadhan. Berapa kali taqwa kita berlipat?

Wednesday 29 May 2013

You

Suddenly, I hate to being melancholy.

And I hold my breath after your words.

Wednesday 24 April 2013

Cinta dan Milik

Seorang temen ngirimi aku gambar ini
.


... dan aku langsung menyanggah.

Tentu saja, mencintai haruslah memiliki. Agak sedikit absurd kalo mencintai tapi nggak memiliki. Dan percayalah, aku cukup pengalaman untuk masalah-masalah absurd gitu..

Mencintai haruslah memiliki.

Itu sebuah keharusan. Perkara apa yang dimiliki, itu keleluasaan. Bisa jadi pemikirannya, ide-idenya, bagian dari pemberiannya, visinya, doa-doanya, canda tawanya, atau bahkan kenangan bersamanya.

Rasulullah, kita semua mencintainya. Bahkan Michael Hart -yang notabene bukan muslim- menempatkan nabi terakhir ini dalam peringkat satu orang yang paling berpengaruh di dunia. Kira-kira, apa yang mendasarinya mendudukkan sang Rasul pada posisi itu? Tentulah cinta. Tanpa cinta, yang tulus, mustahil Hart bisa begitu obyektif. Begitupun kita. Kita mencintainya, kita memilikinya.

Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa al Khawarizmi, tanpa sadar kita mencintainya. Kita sering menggunakan hasil pemikirannya. Siapa dia? Mungkin tak familiar. Tapi bagaimana dengan Aljabar? Ya, Ibnu Musa-lah yang menulis "Al-kitaabul muhtasar fi hisabul-jabar wal-muqabala", buku yang memuat dasar-dasar aljabar. Tak terasa, kita begitu mencintai Ibnu Musa. Laptop, PC, smartphone, banyak hal lain yang berfungsi menggunakan bahasa matematika, bahasa aljabar. Kita memilikinya. Kita mencintainya.

Sultan Hamengku Buwono IX, wakil presiden kedua republik ini, dicintai oleh banyak rakyatnya. Kira-kira apa yang dimiliki oleh rakyatnya dari sang sultan? Mungkin salah satunya cinta. Cinta yang berbalas cinta. Dulu, Universitas Gadjah Mada yang masyhur itu tidaklah berada di Bulaksumur seperti sekarang ini, melainkan di dalam lingkungan keraton. Sultan-lah yang menyediakan fasilitas pendidikan (yang amat mewah pada waktu itu) untuk para akademisi di tengah gegap gempita perang melawan penjajah. Maka, kini para rakyatnya, para civitas akademika UGM berutang kepada Sultan. Utang cinta. Cinta yang dimiliki.

Dan... mencintai mestilah memiliki.
Kita memiliki cinta itu.
Kita memiliki bagian dari yang kita cintai.
Kita memiliki doa-doa untuk yang kita cintai.
Kita mencintai. Kita memiliki.

Saturday 6 April 2013

Disleksia




Pernahkah putra putri Anda mengeluh kepada Anda bahwa ia susah membaca? Atau ia sering mengadu kepada Anda dia sering jadi bahan olok-olok di sekolah karena sering ditegur guru? Atau Anda cemas, di usia 9 atau 10 tahun sang anak masih belum bisa memakai baju dan sepatu sendiri? Ataukah Anda merasa jengkel tulisan sang anak sering terbolak-balik meski terus diajari? Ada apa dengan anak yang seperti ini? Apakah ia bodoh?

Jangan terburu membuat kesimpulan, apalagi memvonis bodoh. Ada banyak hal penyebab yang mengakibatkan si kecil seperti itu. Salah satu penyebabnya, mungkin saja ia terkena sindrom disleksia.

Disleksia (bahasa Yunani; dys-: "ketidakmampuan" dan lexis: "huruf" ) adalah gangguan yang terjadi pada kemampuan otak mengenali dan memproses simbol-simbol tertentu yang mengakibatkan terjadinya gangguan membaca dan menulis seorang anak.  Federeasi Neurologi Dunia mendefinisikan disleksia sebagai "suatu kelainan yang  teramasuk didalamnya kesulitan untuk belajar membaca walaupun dengan adanya instuksi umum, kecerdasan yang memadai dan interaksi kesempatan sosial budaya."

Gejala umum yang biasanya ada pada penderita disleksia antara lain adalah kesulitan membaca kalimat yang agak panjang; kesulitan menulis dan membedakan huruf yang mirip, seperti ‘b’ dan ‘d’; kesulitan mengikuti instruksi berurutan dan kontinyu, misalnya “sehabis pulang sekolah, lekas ganti baju, cuci tangan, makan siang, lalu tidur siang ya..”; kesulitan menakar jarak dan kecepatan; dan mudah tersinggung - pada akhirnya akan depresi (akibat sering mendapat olok-olok) dan bisa lebih fatal.

Bisakah disleksia disembuhkan? Saya sendiri belum pernah menemukan berita atau artikel yang menyebutkan bahwa disleksia bisa disembuhkan, karena menurut beberapa ahli, disleksia bukanlah penyakit. Namun, penderita disleksia bisa memperbaiki kekurangan mereka dengan melakukan pelatihan dengan metode tertentu dan niat kuat. Metode perawatan disleksia biasanya berbeda satu dengan lain, melihat kondisi penderita. Selain itu, perawatan sebaiknya bersifat privat dan intensif.

Berapa banyak penderita disleksia? Penderita sindrom ini berkisar 5-10 persen penduduk dunia, meski belum pernah ada data resmi yang mencatat itu karena disleksia susah-susah gampang untuk dikenali. Apakah penderita disleksia adalah seorang yang bodoh? Biasanya, bukan. Kecerdasan mereka normal. Bahkan ada beberapa yang di atas rata-rata. Meskipun mereka mempunyai kekurangan dalam membaca menulis, beberapa penderita disleksia dikaruniai anugerah kemampuan artistik, sastrawi, dan spasial yang tinggi. Beberapa penderita disleksia yang menjadi tokoh dunia adalah Leonardo da Vinci, Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Agatha Cristie, Winston Churchill, Whoopi Goldberg, Walt Disney, Magic Johnson, dan Tom Cruise.

Saat ini, kesadaran atas disleksia sedang berkembang di dunia luas, mengingat penderita disleksia yang tidak mendapat perhatian perawatan yang benar biasanya akan mengalami trauma psikis dan ketidakpercayadirian. Beberapa kampanye dan fakta tentang disleksia bisa didapat di www.dyslexia.org.uk. Untuk penggemar film, setidaknya ada tiga film yang bisa menjadi gambaran tentang disleksia, “Taree Zameen Par” dari ranah Bollywood dan “Juli di Bulan Juni” serta “Ikhsan, Mama I Love You” karya anak negeri.

Thursday 4 April 2013

Kau

Seminggu ini lagi seneng lagunya teh Nicky. Judulnya Kau. Iya, Kau.




Karena kau kau kau egois...
Mengapa kau kau kau terlupa romantis...

Yeaaaah... :D

Padamu Diriku Tak Pernah Coba Memahami Hatimu
Padamu Diriku Terlalu Membuat Gelisah Selalu
Padamu Diriku Senantiasa Mengekang Kebebasanmu
Padamu Diriku Tak Ikhlas Bernaung Dalam Percintaan
Engkau Terbelenggu
Padaku Dirimu Tak Pernah Menilai Kasih Dan Kasih Sayangku
Padaku Dirimu Sengaja Membuat Kuresah Melulu
Padaku Dirimu Terlupa Berkata Kucinta Padamu
Padaku Dirimu Terlalu Menilai Kesilapanku
Karena Kau Kau Kau Terlalu Egois
Mengapa Kau Kau Kau Terlupa Romantis
Terlalu Kau Kau Kau Menyayangi Aku
Sehingga Kau Kau Kau Menjadi Cemburu
Di Kala Aku Masih Mencintaimu
Aku Masih Setia Padamu
Usah Engkau Gamit Jemariku Untuk Cinta Suci
Usah Biarkan Kerut Mendekati Di Jiwamu

Monday 1 April 2013

Nyanyi Ngaji, Ngaji Nyanyi


Dulu, waktu masih kecil, sering nyanyi lagu ini waktu ngaji. Alhasil, sampe sekarang, waktu hampir mau punya anak kecil, masih nget aja lagunya. :D

Yuk nyanyi..


Siji loro telu astane sedeku,
mirengake Pak Guru,
Menowo didangu,

Papat nuli limo dik,
Lenggahe sing toto,
Ojo pada sembrono mundhak ora bisa;

Bocah Cilik-cilik,
Jejer tarik-tarik,
Sandhangane resik,
tumindak-e becik,

Alloh iku siji tanpo konco,
tanpo garwo lan ora peputro,
tanpo bopo lan ibu wes cetho,
yoiku gusti Alloh kang nyoto

Islam agamaku,
Allah pengeranku,
Muhammad nabiku,
Al-Qur’an kitabku….

Aku biso nulis,
Arab Jowo wasis,
ngaji iyo uwes,
nanging durung titis...
Alloh iku siji tanpo konco,
tanpo garwo lan ora peputro,
tanpo bopo lan ibu wes cetho,
yoiku gusti Alloh kang nyoto

Saturday 23 March 2013

Palsu Atau Tidak

 Beberapa hari belakangan, yang punya blog ini sedang suka ngamatin iklan. Beberapa yang menarik perhatian adalah iklan susu bayi. Susu. Es u es u. Susu. Iya, susu bayi.

Ada yang menarik. Beberapa iklan susu menampilkan anak kecil sebagai peran utamanya dan anak besar sebagai peran pembantu pendukung. Katakanlah iklan susu Dan*cow, S*GM. dan O*reo. Yang terakhir emang bukan asli susu. Tapi di sana kan ditampilin susu. :D





Iklan tersebut dibuat menarik. Seolah-olah menunjukkan sisi cerdas si anak dan ada adegan si anak minum susu merek itu. Jadi kaya si anak itu pinter karena minum susu itu.

Berlebihan? Ya, kalo kita tau, susu emang penting buat pertumbuhan. Tapi kalo nganggep susu apalagi susu pabrikan adalah faktor utama... mohon maaf, yang punya blog ini nggak punya tuh pikiran macem gitu.

Terus, di iklan itu, digambarkan si anak bisa ini bisa itu melebihi kecerdasan anak-anak seusianya. Wajar? Yaaaa, kalo suara anak nggak di-dubbing dan adegannya natural sih, wajar. Lha kalo suara aja di-dubbing terus adegan seperti dipaksakan, ya keliatan aja nggak jujurnya.

Yang punya blog ini masih inget pelajaran SMP tentang seni. Reklame (re: ulang; clamo: manggil) adalah cara untuk menarik minat pembeli. Pelakunya reklame tentu penjual. Reklame ditujukan untuk memberipahamkan kepada khalayak tentang apa yang dijual. Penjual yang baik tentu jujur dalam menjual dan memasarkan produknya. Apa adanya. Barely. Naked. Seperti susu tadi. Putih, bergizi, cair. Ya apa adanya.

Apa hubungan sama iklan susu tadi? Gini maksudnya. Kalo memang itu produk bisa mencerdaskan anak di usia tertentu, buktikan. Pakailah iklan dengan seorang anak yang benar-benar memakai produk itu dari kecil sampai usia tertentu, dan mari kita lihat apa yang BENAR-BENAR bisa dilakukannya. Kemudian gambarkan tentang kecerdasan si anak tadi tanpa rekayasa yang merusak etika. Kalo si anak udah bisa ngomong lancar, gambarkan tanpa dubbing. Kalo si anak bisa angkat-angkat dan nyusun balok2 sendiri, gambarkan tanpa editing. Kalo si anak bisa ngajak anak lain untuk bekerja sama, gambarkan tanpa compromizing. Rebut kepercayaan orang banyak tanpa rekayasa.

Berusahalah buat jujur. Seperti Rasulullah yang jujur dalam perniagaannya.
Sesungguhnya telah ada pada diri Muhammad teladan yang baik.

Sebagai penutup, yang punya blog ini berpesan:
Pinter-pinterlah belanja.



PS: Air putih adalah air susu. Jadi kalo ditawarin minum dan bilang 'air putih' tapi yang dikasih adalah air bening, tolak aja.. XD

Friday 22 March 2013

Pindahan

Alhamdulillah, setelah beberapa lama pingin punya 'rumah' sendiri, akhirnya sekarang kesampaian di alamat bungsalman.com. Mudah-mudahan betah. Ya tuan rumahnya, ya tuan tamunya. :D

Walaupun isinya masih seadanya dan sama kaya yang lama, yang punya 'rumah' berharap ini menjadi inspirasi barunya buat berkreasi dan berproses untuk lebih baik lagi.

So, selamat berkunjung (lagi) di sini, enjoy the show! :)




Oh iya, untuk yang minta ada acara syukuran, monggo..



Friday 8 March 2013

Sederhana

Sebelum Jumatan, ngepost dulu. Postingan pertama di.... tahun 2013!
Lama ya? Hahaha...

Yah, mungkin inilah gambaran yang punya blog ini. Kadang suka nggak inget kalo punya blog. Padahal ya blognya nggak keren2 amat. Desainnya pun nggak gemerlap dan cemerlang banyak foto dan video. Bukannya nggak suka foto sama video, tapi yaaa.. lebih suka yang simpel aja. Sederhana nggak banyak warna dan warni. Makanya bentuk rupanya ya gini. Putih dan biru. Sederhana aja.

Pesen emak:
Urip kui sak madya wae. 

Hidup itu madya saja. Aku sendiri nggak terlalu paham makna madya ini. Dalam tafsiranku sih, madya itu artinya di tengah-tengah. Nggak terlalu besar, nggak terlalu kecil. Nggak terlalu kaya, nggak terlalu papa. Nggak terlalu mewah, nggak terlalu lusuh. Di tengah-tengah saja. Bersahaja, sederhana.

Yup, sederhana. Yang bisa membuat kita hidup lebih lama.

Mungkin itulah filosofi yang dianut Rumah Makan Padang yang punya merek sederhana. Mungkin bukan karena makanan mereka yang sederhana. Tapi setelah makan dari sana, hidup para pelanggan menjadi lebih "sederhana". Mungkin lho yaa.. Mungkin...

Btw, RMP Sederhana itu uenak tenan lho makanannya. Onde mande rancak bana mamma mia lah, pokoknya.

Yo ra son?



Ayo gek mangkat Jumatan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?