Wednesday 19 August 2015

Telegram: Senyaman Whatsapp, Seaman BBM



Telegram, sarana telekomunikasi yang sempat hampir terpinggirkan, kini kembali popular. Jika dulu dengan menggunakan media kantor pos dan secarik kertas, sekarang menggunakan media ponsel  dan paket data. Adalah Nikolai dan Pavel Durov, enterpreneur teknologi bersaudara asal Rusia yang mengembangkan aplikasi perpesanan ini pada tahun 2013. Durov bersaudara yang juga pembuat “VK”, jejaring sosial terpopuler di Eropa, membawa semangat Telegram dengan slogan “a new era of messaging”.

Sepintas, Telegram mirip dengan Whatsapp yang lebih dulu lahir. Jika Whatsapp dominan dengan hijau, Telegram lebih memilih kelir biru. Prosedur registrasi, login, dan penggunaan, nyaris sama. Penambahan kontak, grup, cara menambahkan dan mengakhiri obrolan, identik. Pendek kata, kenyamanan yang diberikan Whatsapp bisa didapatkan di Telegram. Bahkan, lebih baik. Misalnya, dalam hal menyisipkan file. Saat ini, Whatsapp baru bisa menyisipkan file gambar, lagu, video, kontak, dan lokasi. Telegram sudah mampu menyisipkan file selain yang tadi disebutkan, semisal dokumen, aplikasi, dan file lainnya dengan ukuran hingga 1,5 gigabyte. Hal ini menjadi nilai tambah bagi pengguna yang ingin berbagi pekerjaan dan berbagi file ukuran besar.

Dari sisi penggunaan, Telegram saat ini bisa diakses dari berbagai platform: ponsel, web, dan desktop, sementara Whatsapp baru mampu memberikan layanan ponsel dan web. Aplikasi desktop ini sangat memudahkan pengguna yang lebih sering bekerja dengan PC, mengingat layanan web amat menguras memori komputer. Hebatnya lagi, pengguna Telegram dapat menggunakan akunnya dari tiga layanan tadi sekaligus secara terpadu.

Soal keamanan, beberapa ulasan di dunia maya menilai positif. Telegram menggunakan protokol keamanan yang didesain khusus untuk mengenkripsi percapakan di dalamnya, yang mereka sebut MTProto. Dalam berkampanye tentang keamanan MTProto ini, Telegram menawarkan hadiah senilai $300.000 untuk mereka yang berhasil menembus celah protokol itu. Hingga saat ini, hadiah tersebut masih tersedia. Keamanan yang disediakan Telegram ini mengingatkan kita akan keamanan Blackberry Messenger (BBM) yang digunakan Barack Obama, presiden Amerika Serikat.

Soal pembiayaan, jika Whasapp menggratiskan penggunanya hanya pada tahun pertama, maka Telegram menggratiskan sepanjang masa, seperti BBM. Hanya saja, jika BBM mencari dana dengan menjual stiker, Telegram tak memiliki opsi pembelian stiker. Lucunya, kehadiran Telegram ini seakan menjadi “rival” BBM, mengingat kemiripan keamanan dan kegratisan keduanya.

Singkatnya, kehadiran Telegram banyak disambut baik karena sisi positifnya. Meski demikian, tak sedikit juga yang memberikan kritik terutama tentang data-data yang tersimpan dalam server Telegram. Beberapa kalangan mempertanyakan kebijakan Telegram atas data dan privasi pengguna. Secara eksplisit Telegram memang menyatakan data pelanggan tersimpan dalam server mereka, namun tidak disebutkan prosedur keamanan untuk melindungi data tersebut. Kekhawatiran cukup beralasan, mengingat dunia teknologi digital saat ini cenderung berkiblat kepada Amerika serikat, sementara Telegram “dimiliki” oleh pendiri VK yang asal Rusia. Kita sama-sama tahu bahwa dua negara ini saling bersaing dan bertolak belakang, tidak terkecuali di dunia digital.

Selain itu, kritik juga dialamatkan kepada Telegram karena proyek ini bersifat open source, yang artinya semua orang yang berkompeten dapat memiliki akses terhadap pengembangan aplikasi ini. Lagi-lagi, kekhawatiran terhadap pencurian data menguat, berkaca pada kasus pencurian data yang terjadi pada iPhone beberapa waktu lalu. Perihal kritik ini, Pavel Durov mengatakan “alasan nomor satu bagi saya untuk mendukung dan membantu meluncurkan Telegram adalah membangun sarana komunikasi yang tidak dapat diakses oleh badan-badan keamanan Rusia.”

Ada juga yang mencurigai kegratisan Telegram. Bagaimana mungkin sebuah perusahaan teknologi tidak memungut biaya kepada jutaan penggunanya? Dari mana biaya perawatan dan operasional didapatkan? Terkait hal ini, rilis resmi Telegram mengatakan saat ini pendanaan mereka bergantung pada yayasan amal “Digital Fortress” milik Pavel Durov . Jika suatu saat dana itu habis, mereka akan meminta donasi kepada penggunanya.

Di usia dua tahun, Telegram telah menjadi alternatif baru dalam bertelekomunikasi dan berbagi yang aman dan nyaman. Namun, sebagai pengguna yang bijak, kita wajib membertimbangkan lebih dulu kelebihan dan kekurangannya karena terkait dengan data pribadi kita. Tertarik untuk menggunakannya?


Perbandingan Whatsapp, BBM, dan Telegram


Whatsapp
BBM
Telegram
Platform
Ponsel, web
Ponsel
Ponsel, web, dekstop
Enkripsi
end to end encrypted
Triple Data Encryption
MTProto, end to end encrypted
Biaya
Gratis tahun pertama
Gratis dengan opsi pembelian stiker
Gratis
Lisensi
Tertutup
Tertutup
Terbuka
Pengembang
Facebook
Research In Motion
Komunitas
Situs
Whatsapp.com
Blackberry.com
Telegram.org

No comments:

Post a Comment